Di era digital yang serba cepat ini, fenomena “doom spending” menjadi salah satu tren belanja impulsif yang semakin marak, khususnya di kalangan Milenial dan Gen Z. Istilah “doom spending” merujuk pada kebiasaan belanja yang dipicu oleh perasaan cemas, stres, atau ketidakpastian akan masa depan.
Berbelanja dalam kondisi mental yang tidak stabil sering kali dilakukan sebagai pelarian dari tekanan hidup sehari-hari. Fenomena ini semakin meningkat dengan adanya kemudahan akses terhadap platform belanja online, promosi besar-besaran, dan diskon yang menggoda.
Apa Itu Doom Spending?
Doom spending pada dasarnya adalah perilaku konsumtif yang dilakukan tanpa perencanaan matang, sering kali disebabkan oleh dorongan emosional. Tren ini umumnya terjadi saat seseorang merasa kewalahan oleh situasi seperti krisis ekonomi, pandemi, atau ketidakpastian dalam kehidupan pribadi. Mereka menggunakan belanja sebagai bentuk “self-reward” atau pelarian dari masalah yang lebih besar.
Berbeda dari belanja biasa, gaya belanja ini cenderung terjadi secara impulsif tanpa pertimbangan yang matang. Di tengah situasi penuh kecemasan, Milenial dan Gen Z sering kali mencari hiburan melalui cara cepat dan mudah dengan belanja online memenuhi kebutuhan itu.
Mengapa Milenial dan Gen Z Rentan terhadap Doom Spending?
Ada beberapa alasan mengapa generasi Milenial dan Gen Z sangat rentan terhadap tren belanja impulsif ini.
Pertama, kedua generasi ini tumbuh di era teknologi digital yang menawarkan segala sesuatu secara instan. Dengan hanya beberapa klik, mereka bisa membeli barang dari platform e-commerce, melakukan pembayaran online, dan menunggu barang datang tanpa meninggalkan rumah. Proses yang sangat mudah ini menciptakan celah bagi perilaku belanja impulsif.
Kedua, paparan media sosial yang terus-menerus memainkan peran besar dalam membentuk kebiasaan belanja mereka. Banyak influencer dan selebriti yang kerap memamerkan gaya hidup mewah, produk terbaru, atau pengalaman eksklusif. Tekanan sosial untuk “ikut tren” bisa mendorong Milenial dan Gen Z untuk berbelanja meski barang yang dibeli tidak benar-benar dibutuhkan.
Ketiga, dalam menghadapi ketidakpastian, baik dalam pekerjaan, keuangan, maupun hubungan, banyak orang merasa belanja bisa memberikan perasaan kontrol dan kepuasan sesaat. Ini menciptakan siklus yang membuat mereka terus berbelanja meski keuangan mereka sedang tidak stabil.
Dampak Negatif Doom Spending
Meskipun doom spending mungkin menawarkan pelarian sementara dari perasaan cemas atau stres, perilaku ini memiliki konsekuensi jangka panjang yang bisa merugikan. Berikut beberapa dampak negatif dari doom spending:
1. Krisis Keuangan
Karena doom spending dilakukan tanpa perencanaan, pengeluaran berlebihan bisa menguras tabungan atau bahkan menimbulkan utang. Milenial dan Gen Z, yang sebagian besar masih dalam tahap awal karier atau bahkan masih bersekolah, mungkin belum memiliki stabilitas keuangan yang kuat. Pengeluaran yang tidak terkontrol bisa membuat mereka terjebak dalam masalah keuangan jangka panjang.
2. Rasa Bersalah dan Penyesalan
Setelah melakukan pembelian impulsif, banyak orang merasa menyesal atau bersalah karena telah menghabiskan uang untuk barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Perasaan ini bisa menambah stres dan memperburuk kondisi mental, menciptakan siklus negatif yang berulang.
3. Kebiasaan Konsumtif
Doom spending bisa membentuk kebiasaan konsumtif yang sulit dihilangkan. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa mempengaruhi cara seseorang mengelola uangnya, membuat mereka sulit untuk menabung atau berinvestasi.
Cara Menghindari Doom Spending
Agar tidak terjebak dalam tren doom spending, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh Milenial dan Gen Z:
1. Sadari Pemicunya
Penting untuk mengenali kapan dan mengapa dorongan untuk berbelanja muncul. Apakah belanja dilakukan karena ada kebutuhan nyata atau hanya sebagai pelarian dari rasa cemas? Menyadari pemicunya adalah langkah pertama untuk menghindari belanja impulsif.
2. Buat Anggaran
Menyusun anggaran bulanan yang ketat bisa membantu membatasi pengeluaran. Pastikan untuk memisahkan uang untuk kebutuhan pokok, tabungan, dan hiburan agar belanja tidak menguras keuangan.
3. Pertimbangkan Sebelum Membeli
Terapkan aturan “24 jam” sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu. Jika setelah 24 jam Anda masih merasa barang tersebut dibutuhkan, maka pembelian itu bisa dipertimbangkan. Ini bisa membantu mencegah belanja impulsif.
4. Cari Kegiatan Pengganti
Alih-alih berbelanja sebagai pelarian, carilah aktivitas lain yang bisa meredakan stres, seperti berolahraga, meditasi, atau berbincang dengan teman. Ini bisa membantu mengurangi dorongan untuk berbelanja impulsif.
Baca Juga: Investasi Obligasi! Bisa Menjadi Pilihan Yang Aman Bagi Gen Z
Doom spending adalah fenomena yang perlu diwaspadai oleh Milenial dan Gen Z. Meskipun belanja bisa memberikan kepuasan sesaat, dampak jangka panjangnya bisa merugikan baik secara finansial maupun mental. Dengan menyadari pemicu doom spending dan menerapkan langkah-langkah pencegahan, generasi ini bisa lebih bijak dalam mengelola keuangan dan menghindari kebiasaan konsumtif yang merugikan.